Eksplorasi Kuliner Tradisional Banten yang Menggoda Selera – Provinsi Banten, yang terletak di ujung barat Pulau Jawa, bukan hanya dikenal sebagai tanah para jawara dan pusat sejarah Islam di Nusantara, tetapi juga sebagai gudang kuliner tradisional yang kaya akan cita rasa dan makna budaya. Makanan khas Banten merupakan cerminan dari keberagaman etnis, pengaruh sejarah, dan kekayaan alam yang dimiliki daerah ini. Dalam artikel ini, kita akan menyelami berbagai hidangan otentik Banten yang tidak hanya menggugah selera, tetapi juga menyimpan cerita di balik setiap suapan.
Mengapa Kuliner Banten Layak Diangkat?
Banten memiliki posisi geografis yang strategis, berbatasan langsung dengan DKI Jakarta dan Jawa Barat. Hal ini menjadikan kulinernya sebagai percampuran unik antara tradisi Sunda, Betawi, dan pengaruh Arab. Makanan khas Banten tidak hanya sekadar hidangan, tetapi juga bagian dari ritual adat, perayaan keagamaan, dan simbol status sosial di masa lalu. Dengan semakin berkembangnya industri pariwisata dan digitalisasi informasi, mengenalkan kuliner Banten kepada khalayak luas menjadi penting.
1. Rabeg: Semur Khas Sultan Banten
Rabeg adalah hidangan yang berasal dari inspirasi kuliner Arab, khususnya dari kota Rabigh. Konon, Sultan Maulana Hasanuddin mencicipi makanan ini saat berkunjung ke Timur Tengah dan kemudian mengadaptasinya ke dalam cita rasa lokal. Rabeg terbuat dari daging kambing atau sapi yang dimasak dengan rempah-rempah seperti pala, kayu manis, lada, bawang merah, dan kecap manis. Rasanya gurih, manis, dan sedikit pedas, cocok disantap dengan nasi hangat.
Rabeg biasanya disajikan dalam acara besar seperti pernikahan atau perayaan keagamaan. Keunikan dari Rabeg adalah kuahnya yang kental dan aromatik, serta tekstur daging yang empuk karena proses masak yang lama.
2. Sate Bandeng: Inovasi Tanpa Duri
Sate Bandeng adalah bukti kreativitas masyarakat Banten dalam mengolah ikan bandeng yang terkenal berduri. Daging bandeng dipisahkan dari durinya, dihaluskan, dibumbui, lalu dibentuk kembali dan ditusuk seperti sate. Proses pembakaran memberikan aroma khas yang menggoda.
Sate Bandeng dulunya merupakan makanan istimewa di kalangan bangsawan. Kini, makanan ini bisa di temukan di berbagai pusat oleh-oleh dan restoran khas Banten. Rasanya gurih, sedikit manis, dan sangat cocok dijadikan lauk atau camilan.
3. Ketan Bintul: Hidangan Favorit Sultan
Ketan Bintul adalah makanan berbahan dasar beras ketan yang di kukus dan di sajikan dengan serundeng kelapa berbumbu. Hidangan ini memiliki sejarah panjang sebagai makanan berbuka puasa favorit Sultan Banten. Teksturnya kenyal, rasanya gurih, dan aromanya khas dari kelapa sangrai.
Ketan Bintul sering dijumpai saat bulan Ramadan dan menjadi simbol kebersamaan serta kesederhanaan. Meskipun sederhana, ketan bintul menyimpan nilai historis dan spiritual yang tinggi.
4. Angeun Lada: Sayur Pedas Penuh Rempah
Angeun Lada berasal dari kata “angeun” yang berarti sayur dan “lada” yang berarti pedas. Hidangan ini berupa sayur berkuah santan yang di masak dengan cabai rawit, lengkuas, daun salam, dan berbagai rempah lainnya. Biasanya menggunakan daging sapi, ayam, atau babat sebagai isiannya.
Angeun Lada menjadi sajian wajib dalam upacara adat dan perayaan keluarga. Rasanya pedas dan gurih, cocok untuk pencinta kuliner berani. Selain itu, makanan ini juga di percaya dapat menghangatkan tubuh dan meningkatkan stamina.
Baca Juga : Menyelami Warisan Kuliner Tradisional Bangka Belitung
5. Pecak Bandeng: Perpaduan Segar dan Pedas
Pecak Bandeng adalah hidangan yang menggabungkan ikan bandeng goreng dengan sambal pecak, yaitu sambal yang di beri perasan jeruk nipis. Rasa asam, pedas, dan gurih berpadu dalam satu piring yang menyegarkan.
Makanan ini populer di daerah pesisir Banten dan sering di jadikan menu makan siang. Pecak Bandeng juga memiliki variasi lain seperti Pecak Gabus dan Pecak Belut, yang masing-masing menawarkan sensasi berbeda.
6. Sambal Buroq: Sambal Unik dari Kulit Melinjo
Sambal Buroq adalah sambal khas Banten yang di buat dari kulit melinjo tua yang berwarna merah. Kulit melinjo di rebus, di campur dengan cabai, bawang, dan bumbu lainnya, lalu di tumis hingga matang.
Sambal ini memiliki rasa gurih dan sedikit pahit yang khas, cocok untuk menemani nasi dan lauk seperti ikan asin atau tempe goreng. Sambal Buroq juga menjadi pelengkap dalam berbagai acara adat dan makan bersama.
7. Sayur Besan: Simbol Persatuan Keluarga
Sayur Besan adalah hidangan yang biasanya di sajikan dalam acara pernikahan, khususnya saat prosesi besanan. Terbuat dari bahan seperti terubuk (bunga tebu), kentang, wortel, dan santan, sayur ini memiliki rasa gurih dan sedikit manis.
Keunikan dari Sayur Besan adalah penggunaan terubuk yang jarang di temukan di daerah lain. Hidangan ini melambangkan harapan akan kesuburan dan keharmonisan dalam rumah tangga.
8. Kue Jojorong: Manis Lembut dalam Balutan Daun Pisang
Kue Jojorong adalah jajanan pasar khas Banten yang terbuat dari tepung beras, tepung kanji, gula merah, dan santan. Di sajikan dalam daun pisang, kue ini memiliki tekstur lembut dan rasa manis yang legit.
Kue ini sering di jumpai di pasar tradisional dan menjadi favorit anak-anak maupun orang dewasa. Selain rasanya yang enak, tampilannya yang sederhana namun menarik membuat kue jojorong cocok di jadikan oleh-oleh.
9. Balok Menes: Getuk Versi Banten
Balok Menes adalah olahan singkong yang mirip dengan getuk. Singkong di kukus, di haluskan, dan dibentuk balok, lalu di taburi serundeng kelapa. Rasanya gurih dan sedikit manis, dengan tekstur kenyal yang khas.
Makanan ini banyak di jual di pasar tradisional dan menjadi camilan favorit masyarakat Banten. Balok Menes juga sering di sajikan dalam acara keluarga atau arisan.
10. Bontot: Pempek Tanpa Kuah
Bontot adalah makanan berbahan dasar tepung kanji dan ikan, mirip dengan pempek namun tanpa kuah cuka. Di sajikan dengan sambal khas, bontot memiliki rasa gurih dan tekstur kenyal.
Makanan ini berasal dari daerah Tangerang dan menjadi alternatif bagi pencinta pempek yang ingin mencoba versi lokal. Bontot juga mudah di temukan di warung makan dan pusat jajanan.
11. Laksa Tangerang: Kuah Kental Beraroma Rempah
Laksa Tangerang adalah versi laksa khas Banten yang menggunakan kuah santan kental, bihun, telur, dan tahu. Bumbu yang di gunakan antara lain kunyit, kemiri, dan bawang, memberikan aroma dan rasa yang khas.
Laksa ini sering dijadikan menu sarapan dan memiliki penggemar setia. Rasanya gurih dan mengenyangkan, cocok untuk mengawali hari dengan semangat.
12. Kue Pasung: Manis Tradisional dalam Cetakan Kerucut
Kue Pasung adalah kue tradisional yang di buat dari tepung beras, gula merah, dan santan, lalu di kukus dalam cetakan berbentuk kerucut dari daun pisang. Rasanya manis dan teksturnya lembut.
Kue ini sering di jumpai dalam acara adat dan pasar tradisional. Bentuknya yang unik dan rasanya yang khas menjadikan kue pasung sebagai simbol kreativitas kuliner masyarakat Banten.